Langit Meremas Alam

September 23, 2008 at 2:43 pm Leave a comment

Angin dingin menyergap alam
Menyapu pepohonan di jalan setapak ini
Berpacu dengan dentang lonceng di kejauhan
Mengingatkan kejadian pada masa lampau

Kala itu langit turun di bibir muka bumi
Menyapu debu dan kerikil-kerikil di bumi
Melenyapkan seonggok mayat yang tinggal tulang
Meremas alam saja jadinya

Pandangan berpose pada cermin di dinding tua…
Meluluh lantakkan bayangan seraut wajah
Saat itu juga sejarah tertoreh pada selembar daun lontar
yang hingga kini entah hilang kemana

Langit tiada henti dan tidak berpaling
Selalu menutupi bumi apa adanya
Tetapi tetap saja bintang memperlihatkan indahnya
Memang sejak dulu langit kalah oleh kilau bintang
Mungkin sampai akhir jaman langit akan meremas alam..
menutupi bumi dengan segala isinya..
sampai di penghujung akhir jagat ini berhenti berdetak…

Entry filed under: Puisi.

Secangkir Kopi panas Keagungan Cinta

Leave a comment

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Catatan sastra pinggiran, hanya tulisan untuk mengungkapkan pikiran-pikiran sehingga pikiran tidak menerawang jauh, jauh dari pikiran rumit dan bisa berpikir sederhana seperti air yang mengalir secara alami. Pikiran ibarat seekor kera yang sering melompat kesana kemari, selalu bergerak, untuk itu perlu kesungguhan dalam berpikir agar selalu fokus, sehingga dengan kemampuan daya nalar yang ada, pikiran bisa mencari solusi atas segala masalah kehidupan, walau terkadang masalah janganlah selalu dipikirkan

Categories

September 2008
M T W T F S S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
2930  

Catatan sastra pinggiran, hanya tulisan untuk mengungkapkan pikiran-pikiran sehingga pikiran tidak menerawang jauh, jauh dari pikiran rumit dan bisa berpikir sederhana seperti air yang mengalir secara alami.

Flickr Photos